Review: The Mediator – Ninth Key by Meg Cabot

foto0012

“Aku hanya cewek enam belas tahun –yah, oke, dengan penampilan di atas rata-rata, kalau boleh kukatakan–yang kebetulan bisa bicara dengan orang mati.”

[Halaman 11]

Keterangan Buku:

Judul: The Mediator: Ninth Key

Penulis: Meg Cabot

Penerjemah: Monica Dwi Chersnayani

Desain dan ilustrasi cover: Dianing Ratri

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Maret 2010

Tebal: 256 hlm

ISBN: 978-979-22-5495-2

Susannah atau Suze atau Sue adalah seorang murid di sebuah SMA Katolik di California. Dia biasa, kecuali dengan kelebihan yang membuatnya jadi seseorang yang disebut sebagai mediator. Suze kesulitan menghadapi hal itu. Kelebihannya itu dipandang sebagai hal buruk. Menjadi sumber masalah hidupnya.

Berbanding terbalik dengan Pastur Dominic, sesama mediator, sekaligus kepala sekolah di sekolah Suze. Bagi Pastor Dominic, itu adalah kesempatan untuk membantu mereka yang membutuhkan.

Konflik dimulai saat Suze kedatangan ‘tamu’ seorang hantu wanita yang menjerit di kamarnya. Jika dia bukan hantu, Suze yakin semua tetangga akan mendengar jeritan itu. Suze sebagai mediator berusaha menjalankan tugasnya. Menanyakan bantuan apa yang dapat diberikannya. Permintaan hantu wanita itu adalah

Katakan padanya itu bukan salahnya. Dia tidak membunuhku.

Pesan itu musti disampaikan pada Red. Suze bahkan tidak tahu siapa itu Red. Tapi sebelum dia bertanya, hantu wanita itu sudah lenyap.

Keesokan harinya, Suze langsung melakukan investigasi. Mencari seseorang yang dimaksud dengan Red. Suze begitu gembira, saat tahu begitu mudahnya menemukan siapa Red. Ketika makan siang, CeeCee, sahabatnya, menyebutkan mengenai Thaddeus Beaumont. Pria itu dikenal dengan sebutan Red oleh teman-temannya.

Thaddeus Beaumont seorang pengembang real estate. Dia trilliuner. Dan kebetulan, lelaki yang menari bersamanya di pesta Kelly Prescott merupakan anaknya.

Tapi ternyata tidak semudah yang Suze bayangkan. Thaddeus Beaumont begitu sulit ditemui. Apalagi dia begitu misterius. Suze meski terlihat tak acuh, juga memikirkan mengenai larangan yang diberikan pada rencananya menemui Thaddeus Beaumont. Salah satu larangan itu datangnya dari Jeese. Cowok tampan dengan otot perut bagus yang tinggal di kamar Suze. Sayangnya dia telah meinggal 150 tahun lalu.

Suze sebagai mediator yang payah –menurut dirinya, mencoba memecahkan masalah ini. Berbagai cara ditempuh olehnya. Sampai akhirnya, dia menemui fakta mengerikan. Pembunuhan-pembunuhan.


Well, nggak ada rencana sebenarnya buat baca buku ini. Kebetulan lihat aja di perpustakaan gratis yang baru aku kunjungi –lain waktu mungkin aku post. Di sana bukunya lengkap banget, tapi yang paling penting gratis itu tadi. 😀 Telat, sih rasanya baru baca sekarang. But, better late than never, right?

Ini bukan buku pertama karya Meg Cabot yang aku baca. Sebelumnya pernah baca 2 novel dari Princess Diaries Series. Dan gaya bahasnya itu cocok banget buat remaja. Santai dan asik buat diikuti. Begitupun di buku ini. Selain gaya bahasanya, dari ketiga buku karya dia yang pernah aku baca, ciri khas lainnya ternyata tidak tebal. Apalagi yang The Princess Present, tebalnya itu tipis banget.

Back to the topic, waktu tahu ceritanya terkait sama hantu-hantu sebenarnya pengen balikin ke rak. Tapi akhirnya batal juga setelah baca satu babnya. Menarik. Si Suze ini karakternya aku suka banget. Baca The Mediator: Ninth Key ini juga nggak butuh waktu lama. Kaya baca cerpen, sekali duduk.

Cerita ini konflik besarnya timbul dari salah paham dari diri Suze sendiri.  Apa itu, bacalah sendiri. Takutnya malah kasih spoiler. Setelah baca di akhirnya, pikiranku langsung ternyata gitu. Ya ampun, Suze! Hidupmu istimewa banget.

Yang jadi kekurangan itu penulisan kata baku di novel ini. Menurutku nggak tepat. Seperti, misalnya terus yang ditulis dengan trus. Nggak hanya satu tapi semuanya. Semua trus. Sama covernya berasa horor banget –menurutku. Padahal isinya nggak horor seperti yang digambarkan lewat sampul. Kalau dilihat, sampul yang versi english lebih kelihatan kece, ya. 🙂 Paling suka sama yang pojok kiri.

Me

The Mediator: Ninth Key cocok banget buat yang cari bacaan ringan. Begitupun novel-novel karya Meg Cabot lain yang bisa kamu baca di waktu senggang. Tapi sekarang memang sulit ditemui di toko-toko buku. Baik online maupun offline. Kalau memang cari, lebih baik ke olx aja. Sering ada yang jual kolpri.

Sedikit curhat, lewati nggak terlalu penting, di perpustakaan itu niat awalnya mau pinjam karya Meg Cabot, Runaway sebenernya. Tapi ternyata dua novel sebelumnya, Airhead sama Being Nikki nggak ada. Setelah baca empat bab Runaway berasa nggak nyambung. Nggak paham ceritanya. Dan akhirnya batal pinjam. Semoga aja besok pas kesana lagi dua buku sebelumnya udah ada.

 

Thanks To: Perpustakaan Ganesha.

4 thoughts on “Review: The Mediator – Ninth Key by Meg Cabot

  1. Wah.. Aq belum pernah baca bukunya Meg Cabot, setelah liat reviewnya sepertinya asik.. Salam kenal mbak..

Leave a reply to Reza (www.psikologsinting.com) Cancel reply