Review: Silence – Akiyoshi Rikako

_20180103_180456

Miyuki, gadis cantik bersuara merdu yang tinggal di pulau terpencil, Yuki-no-Shima. Yuki-no-Shima berarti pulau salju yang konon dilindungi oleh Shimatama-san, dewa penjaga pulau. Hilangnya kesempatan menjadi artis pada masa kecil membuat Miyuki bertekad keluar dari Yuki-no-Shima.

Tapi pada akhirnya, Miyuki kembali bersama kekasihnya, Toshiaki. Miyuki kembali dengan Toshiaki untuk meyakinkan dirinya sendiri tentang hubungannya dengan pria itu. Apakah keyakinannya selama ini pada Toshiaki adalah sebuah kesalahan?

Apa pun yang terjadi, Shimatama-san pasti akan melindunginya, kan?


Sudah baca karya-karya Akiyoshi? Kalau sudah, pasti hafal betul dengan kejutan yang hadir di setiap ceritanya.

Ini adalah novel kelima Akiyoshi yang juga diterbitkan oleh Haru. Karena sudah jatuh hati dengan tulisan Akiyoshi, aku akhirnya ikut serta dalam PO novel ini di salah satu toko buku online. Order tanggal 27 November dan sampai pada 27 Desember, butuh waktu satu bulan sampai akhirnya novel ini bisa sampai di tanganku.

Menurutku, Silence adalah novel Akiyoshi paling beda dibanding dengan yang sebelum-sebelumnya. Pertama, novel ini mengangkat kisah cinta pria dan wanita yang dalam hal ini adalah Miyuki dan Toshiaki. Sedangkan pada Girls in The Dark dan The Dead Returns, Akiyisho mengangkat kisah anak SMA. Meski pada Girls in The Dark ada unsur hubungan pria dan wanita, itu hanya ditampilkan sedikit. Sedangkan pada Holy Mother dan Scheduled Suicide Day, Akiyoshi mengangkat kisah orang tua dan anak (keluarga).

Kedua, dalam penceritaan. Silence tidak menampilkan misteri yang ada di dalam novel sejak awal. Karena di dalam novel akan diulas banyak mengenai Miyuki. Mulai dari kehidupannya saat di pulau hingga pindah ke Tokyo dan hubungan cintanya dengan Toshiaki.

Novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga. Hal yang menarik adalah Akiyoshi mengambil sisi salah satu tokoh untuk mengetahui perasaan tokoh itu secara detail dalam bab yang berbeda-beda. Misal dalam bab 2, Akiyoshi mengambil sisi Toshiaki, sehingga pembaca menjadi lebih tahu apa yang ada dalam pikiran kekasih Miyuki itu. Sedangkan dalam bab 4, Akiyoshi mengambil sisi Tatsuya, sahabat kecil Miyuki.

Ingin dicintai oleh orang yang dia sayangi. Ingin diimpikan oleh orang yang dia sukai. Ingin dianggap penting oleh orang yang dia cintai. Hanya itu permohonan Miyuki, tapi mengapa susah sekali terkabul.

[Halaman 59]

Mengenai sosok Miyuki, aku sebenernya kesel dengan tindakan dia menghadapi Toshiaki. Terlalu buta dengan cintanya pada Toshiaki. Atau mungkin terlalu takut untuk ada di Tokyo tanpa sosok orang Tokyo. Wkwkwk 😀

Sisi positif dari Miyuki adalah pekerja keras dan ulet. Apapun yang jadi tanggung jawabnya, Miyuki coba kerjakan dengan sebaik mungkin.

Untuk nilai, rating yang aku kasih 3.5 dari 5. Bagi yang suka dengan karya Akiyoshi silakan baca. Tapi sabar dalam membacanya, novel ini lebih banyak menyajikan kisah Miyuki :D. Bagian yang menarik malah menuju akhir kalau menurutku. Bagi yang belum pernah baca karya Akiyoshi, silakan. Dengan membaca Silence, bisa jadi kamu malah ketagihan membaca karya-karya Akiyoshi lainnya.

Judul: Silence

Penulis: Akiyoshi Rikako

Penerjemah: Yulita Dewi

Penerbit: Haru

Tebal: 332 hlm

2 thoughts on “Review: Silence – Akiyoshi Rikako

    1. menurutku iya. Tapi di akhir tetep hadir kejutan khas Akiyoshi. Kejutan yang bikin kita sadar kalau nggak ada sosok yang sempurna, pasti ada sisi gelap dlm tiap diri manusia (pengecualian buat Mas Fahri AAC ya :)) Lama, tapi lebih lama pengiriman paket harbolnas wkwkwk

Leave a comment