Majo, Si Bapak Rumah Tangga

Diikutkan Dalam Lomba Menulis Cerpen ‘Majo & Sady’

11011294_799121493475618_8276522854963876132_n

Mata Majo perlahan-lahan terbuka dari tidurnya. Kepalanya secara tidak sadar sudah menengok ke kanan dan kiri. Dia ingin memastikan keberadaan Sady, tapi tentu saja sama seperti pagi-pagi sebelumnya, Sady sudah berangkat bekerja. Setelah menggeliat-geliat sejenak di tempat tidur Majo segera bangkit lalu pergi ke dapur. Continue reading

Titik Titik Tetes Hujan

glass-97504_640
sumber: pixabay.com

Hembusan angin pertanda hujan. Jendela di lantai dua rumah dengan cat putih gading itu terbuka. Berbeda dengan beberapa rumah di sekitarnya yang menutup rapat pintu dan jendela ketika angin datang. Gadis itu duduk di dekat sana, di sebuah kursi santai berwarna merah muda. Mata cantiknya menatap lurus ke luar, melihat daun-daun pohon mangga di halaman rumahnya, yang menari mengikuti arah angin. Tangan kanannya memegang sebuah buku dengan sampul berwarna hitam. Di sampul itu terdapat dua orang wanita yang berdiri di sebuah cermin, saling memandang satu sama lain.

Continue reading

Quiz untuk GA novel Astilbe (2) – Dua Pasang Mata

sumber: 007beritaterkini.blogspot.com

 

Iringan lagu pengantin memenuhi seluruh ruangan. Seorang wanita dengan gaun putih berekor panjang berjalan dengan anggunnya. Wanita itu…..aku.

Beberapa saat sebelumnya…

“Berhentilah menangis, Anna!” Bibi membentakku. Suaranya masih lantang sama seperti 12 tahun yang lalu.

Aku hanya diam, tak ada yang keluar dari mulutku untuk membantahnya. Di belakang bibi berdiri Ina, anak semata wayangnya. Ina anak yang baik, dia selalu membelaku saat Ibunya memarahiku. Tapi untuk kali ini dia diam. Aku tau, dia tak bisa membantu apapun untukku saat ini.

Continue reading

Cath Meet Levi

Diikutkan dalam lomba cerpen FANGIRL Penerbit Spring

Ada cowok di dalam kamarnya.

Cath mendongak untuk melihat nomor yang tertulis di pintu, lalu menunduk ke surat penempatan kamar di tangannya.

Pound Hall, 913.

Sudah pasti ini kamar 913, tapi mungkin bukan Pound Hall—semua asrama di sini terlihat sama, seperti bangunan perumahan untuk kaum jompo. Mungkin Cath sebaiknya mencoba menahan ayahnya sebelum ayahnya itu membawa sisa kardusnya ke atas.

“Kau pasti Cather,” kata cowok itu, tersenyum lebar dan mengulurkan tangannya.

“Cath,” kata Cath, merasakan sentakan rasa gugup di perutnya. Ia mengabaikan tangan cowok itu. (Lagian, ia memegang kardus, apa yang diharapkan cowok itu darinya?)

Ada yang salah—pasti ada yang salah. Cath tahu kalau Pound itu asrama campuran…. Apa memang ada kamar campuran?

Cowok itu mengambil kardus dari tangan Cath dan meletakkannya di atas tempat tidur yang kosong. Tempat tidur di sisi lain ruangan sudah dipenuhi dengan pakaian dan kardus.

“Apa barangmu masih ada yang di bawah?” tanya cowok itu. “Kami baru saja selesai. Kurasa kami akan pergi makan burger sekarang; kau mau burger? Apa kau sudah pernah ke Pear’s? Burgernya seukuran kepalanmu.” Cowok itu mengangkat lengan Cath. Cath menelan ludah. “Kepalkan tanganmu,” kata cowok itu.

Cath melakukannya.

“Lebih besar dari kepalanmu,” kata cowok itu, melepaskan tangan Cath dan mengangkat tas punggung yang Cath letakkan di luar pintu. “Apa kardusmu masih ada lagi? Pasti masih ada lagi. Apa kau lapar?” Lalu ia mengulurkan tangannya. “Ngomong-ngomong, namaku Levi.”

Continue reading

[STORY] Min Ah’s Choice

zombie prom dress carrie bride blood splatter white lace splattered pin up wedding dress 32 - 36 inc-f15654Satu…dua…tiga… Ah, entah sudah berapa kali Min Ah mengerjap-ngerjapkan kedua mata indahnya. Namun, apapun yang terjadi saat ini sama sekali tidak berubah. Keringat dingin membasahi kedua telapak tangannya, persis seperti itu setiap kali dia merasa gelisah. Rambutnya yang hitam panjang tergerai acak-acakan. Ia tak begitu peduli. Min Ah meyakinkan dirinya untuk yang kesekian kalinya bahwa ini bukan mimpi. Tapi sayang, ini Kenyataan.

Cairan itu sekarang sudah mengering di gaun putih tanpa lengan miliknya. Kental, amis, dan berwarna merah pekat cairan itu tadinya. Continue reading